Minggu, 11 Mei 2014

Potensi Perikanan Budidaya Sinjai



POTENSI BUDIDAYA PERIKAN DI INDONESIA

Potensi sumberdaya perikanan sumber daya Indonesia sangat besar pemanfaatan potensi perikanan tangkap sudah mencapai titik yang tidak dapat diekspansi lagi karena mendekati optimal. Sedangkan potensi perikanan budidaya masih sangat besar dan pemanfaatannya belum mencapai 50 %. Potensi perikanan budidaya yang sangat besar tersebut merupakan peluang untuk menghasilkan komoditas berkualitas dan bersaing di pasar Internasional. Beberapa komoditas yang dapat di andalkan sebagai produk unggulan antara lain nila, lele, mas, gurame, lobster, lobster air tawar, udang galah, udang windu, bandeng, rumput laut, kepiting bakau, kakap, mutiara, kerang dan lobster.
Komoditas-komoditas unggulan tersebut di harapkan dapat meningkatkan produksi perikanan nasional, membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan nelayan dan pembudidayay yang dapat memberikan konstribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Potensi perikanan Kabupateen Sinjai khususnya budidaya belum di manfaatkan secara optimal baik air tawar, air payau maupun budidaya laut. Oleh karena itu di butuhkan kerja keras dari semua pihak untuk pengembangan perikanan budidaya di Kabupeten Sinjai.
Adapun potensi perikanan budidaya meliputi :
  1. Budidaya laut
Budidaya laut merupakan salah satu potensi yang dimiliki dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Salah satu yang menjadi komoditas unggulan budidaya laut adalah rumput laut Euchemma Cotoni denganproduksi pada tahun 2011 sebesar 3.176,48 ton, dan komoditas ini mengalami peningkatan yang segnifikan. Komoditas lain yang saat ini sedang di budidayakan adalah rumpur laut Spinosumsp dengan produksi sebesar 8.720 ton, komoditas ini menjadi salah satu andalan yang cukup baik karena memiliki daya tahan yang kuat dari serangan hama dan cuaca serta waktu yang panen yang cukup cepat.
Kabupaten Sinjai memiliki rumput laut yang berkualitas baik karena terhindar dari polusi udara yang di sebabkan oleh asap kendaraan bermotor serta memiliki kadar air yang rendah. Saat ini rumput laut Spinosum sp merupakan primadona budidaya laut. Karena pemubudidayaan yng sederhana dengan model yang tidak terlalu banyak, serta masa budidaya yang cukup singkat antara 30 – 50 hari prospek pasar yang sangat baik. Potensi budidaya rumput laut Spinosium sp terlihat seperti table di bawah ini :
NO
RUMPUR LAUT
POTENSI LAHAN(Ha)
PRODUKSI (TON)

1.
Simposium sp
620
8.720

2.
Euchemma cottoni sp
-
-

TOTAL
620
8.72






Peningkatan produksi rumput laut tak terlepas dari perhatian pemerintah daerah dan pusat yang sangat besar baik berupa bantuan lansung dan bantuan Pembinaan serta di tunjang sarana prasarana pengolahan rumput laut agar berkualitas semakin baik. Potensi lahan budidaya yang sangat luas dan layak untuk pengembangan budidaya serta harga yang kompetitif mandorong peningkatan jumlah budidaya rumpur laut ini.
Pada tahun 2012 pemerintah pusat melalui DIPA Badan Nasional Penanggulanagn Bencana (BNPB) memberikan bentuan pembudidayaan mulai dari tali, bibit, serta modal pengembangan usaha.
  1. Budidaya Air Payau
Potensi lahan budidaya air payau di hitung berdasarka kriteria kelayakan teknis dan lahan yang telah di manfaatkan untuk kegiatan budidaya air payau. Berdasarkan kajian Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terdapat 774.000 ha tersedia untuk pengembanagan.
Dari luas lahan yang ada, baru lahan budidaya air payau yang pemanfaatannya cukup tinggi mencapai 72,7 %. Lahan budidaya air payau sebagian besar di manfaatkan untuk budidaya udang, bandeng dan rumput laut di tambak. Produksi perikanan budidaya air payau atau tambak di Kabupaten Sinjai cukup potensial dengan potensi lahan tambak mencapai 716,50 Ha. Budidaya air payau memberikan konstribusi yang cukup besar dalam peningkatan kesejahteraan pembudidaya. Budidaya air payau di kelolah untuk mengembangkan komoditas unggulan yang meliputi : ikan bandeng, udang, kepiting, dan rumput laut gracilaria, sp. Komoditi ini telah menjadi salah satu prioritas utama Pemerintahan kabupaten Sinjai untuk mendukung Privinsi Sulawesi Selatan sebagai sentra ikan bandeng, udang dan rumput laut.
Olehnya itu untuk mendukung hal tersebut di atas, maka di perlukan proses budidaya yang harus memperhatikan berbagai pendukung untuk mencegah tercemarnya hasil budidaya dari bahan.
Peningkatan mutu untuk memberikan jaminan keamanan pangan dan bahan cemaran sesuai persyaratan pasar. Sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004, maka pembudidayaan ikan perlu menerapkan cara berbudidaya yang benar sebagaimana diatur dalam KEPMEN Kelautan dan Perikanan No. KEP 02/Men/2007 tentang cara Budidaya ikan yang Baik (CBIB), dimana Kabupaten Sinjai sudah memiliki kelompok bersertifikat sebanyak 4 kelompok.
  1. Bandeng
Ikan bandeng merupakan salah satu jenis ikan penghasil hewani yang tinggi. Bandeng termasuk golongan ikan yang relatif tahan terhadap berbagai jenis penyakit yang biasanya menyerang hewan air. Ikan bandeng menjadi komoditi yang mempunyai potensi yang cukup besar. Komoditas ikan bandeng ini di harapkan bisa menjadi produsen terbesar di dunia karena sangat berpeluang untuk ditingkatkan produksinya dan menjadi nomor satu di dunia meningkat potensi lahan yang tersedia sangat besar dan permintaan pasar cukup besar. Produksi ikan bandeng senantiasa mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan keterampilan petni tambak, penambahan lahan produktif baru yang masih alami serta berbagai program pemerintah untuk membanru peningkatan produksi bandeng melalui bantuan bibit, permodalan serta perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana tambak. Budidaya ikan bandeng dilakukan dengan cara polikultur yaitu menggabungkan dengan budidaya lain seperti udang dan rumput laut. Ikan bandeng menjadi salah satu primadona terutama pada saat terjadi cuaca buruk. Jumlah produksi tahun 2012 mencapai 300 ton.

Potensi Pengembangan budidaya ikan bandeng terlihat seperti pada table di bawah ini :
NO
KECEMATAN
POTENSI LAHAN (Ha)
PRODUKSI ( TON)
1.
Sinjai Utara
364,05
151,98
2.
Sinjai Timur
332,30
139,56
3.
Tellulimpoe
20,15
8,46






  1. Rumput Laut Gracilaria sp
Perkembangan rumput laut di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring dengan banyaknya permintaan pasar akan rumput laut dunia. Salah satu penyebab utama belum terpkanyaenuhinya pasaran rumput laut adalah masih banyaknya pengusaha rumput laut yang mengandalkan produksi alami tanpa di sertai kegiatan pembudidayaan. Factor penting yang menjadi penentu keberhasilan budidaya rumput laut adalah memilih lokasi, penggunaan bibit, metode budidaya serta pemeliharan. Rumput laut Gracilalaria sp merupakan sumber utama bagi agar, banyak di gunakan dalam industry makanan, bahan pembiakan bakteri, teknologi elektroforesis dan sebagainya. Kabupaten Sinjai memiliki areal budidaya rumput laut seluas 716,50 Ha, dengan jumlah produksi pada tahun 2012 sebesar 132 ton, mengalami peningkatan yang cukup segnifikan. Kualitas rumput laut yang di kelolah dengan pola konvensional oleh pembudidayaan rumpu laut memiliki kualitas yang cukup tinggi karena kondisi perairan pesisir cukup terlindung dari aktifitas industri yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
Potensi pengembangan budidaya rumput laut Gracillaria sp diperlihatkan pada table dibawah :
NO
KECEMATAN
POTENSI LAHAN (Ha)
PRODUKSI (TON)
1.
Sinjai Utara
364,05
1.907,66
2.
Sinjai Timur
332,30
1.714,75
3.
Tellulimpoe
20,15
110,59

TOTAL
716,50
3.760,00


  1. Udang
Seperti halnya bandeng, budidaya udang khususnya udang windu merupakan salah satu komoditi andalan Kabupaten Sinjai yang memiliki prospek usaha yang cukup baik untuk dikembangkan oleh para petani tambak di Kabupaten Sinjai. Disamping termasuk dalam komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi karena tergolong komoditas ekspor, juga karena memiliki keunggulan komparatif, berukuran besar dan dapat di kembangkan secara organik dan tradisional. Udang windu di kanal dengan sebutan black tiger shrimp merupakan jenis udang yang dapat mencapai ukuran besar sehingga sangat di sukai oleh konsumen. Secara zoogeografik hanya terdapat dibeberapa kawaan/Negara saja sehingga ketersediaan udang windu relative besar. Budidaya uadng yang lain adalah udang vannamei, namun karena harus dalam jumlah yang banyak dan modal yang besar ehingga kurang di sukai oleandih petani tambak untuk diudidayakan, selain itu tingkat mortalitasnya cukup tinggi dibandingkan udang windu.
Melalui program pemerintah “Kebangkitan Udang Windu” dilakukan untuk mengajak kembali masyarakat melakukan budidaya secara beramai-ramai. Wujud dari program ini berupa pemberian bibit, permodalan dan perbaikan sarana prasarana tambak.
Potensi pengembangan budidaya udang windu di Kabupaten Sinjai Tahun 2012 terlihat seperti tabel di bawah ini :
NO
KECEMATAN
POTENSI LAHAN (Ha)
PRODUKSI (TON)
1.
Sinjai Utara
                364,05
75,69
2.
Sinjai Timur
332,30
58,81
3.
Tellilimpoe
20,15
3,62

TOTAL
716,50
132

  1. Kepiting
Seperti halnya komoditi tambak lainnya budidaya kepiting juga merupakan salah satu komoditi yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Sinjai. Budidaya kepiting bakau merupakan salah satu budidaya air payau yangmudag dibudidayakan. Hal ini dikarenakan tidak membutuhkan pakan khusus sehingga biaya yang digunakan relative murah.
Kabupaten Sinjai memiliki garis pantai sepanjang 31 km dengan perkiraan potensi pemanfaatan sebesar 320.000 ton/tahun. pemanfaatan potensi masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan memanfaatkan sumber perikanan pantai, lepas pantai dan laut bebas. Adapun potensi perikanan tangkap yang dominan berasal dari jenis ikan pelagis kecil dan demersal seperti tembang, teri, kembung, ikan Nepoleon, ikan baronang, dll. Walaupun potensi cukup besar namun tidak pemanfaatannya belum optimal. Areal penangkapan nelayan Kabupatan Sinjai meliputi Teluk Bone dan Laut Flores.
Beberapa jenis komoditi yang telah dikelolah dan di manfaatkan antara lain: (1) Usaha penangkapan ikan, meliputi penangkapan ikan palegis dan demersal, (2) Usaha Budidaya Laut meliputi budidaya rumpur laut, (3) Usaha pengelolah hasil perikanan. Potensi Sumber daya hayati ikan yang telah di kelolah hingga saat ini dan yang tersedia semua memiliki prospek pengembangan yang sama di bidang usaha perikanan, hanya saja dalam pengelolaannya perlu dianalisis sesuai dengan kebutuhan pasar.
Dari data produksi hasil tangkapan di laut pada tahun 2012 sebesar 27.940,15 ton menunjukkan bahwa potensi yang termanfaatkan baru sekitar 8,72 %. Jenis-jenis ikan yang di tangkap dan menjadi komoditi andalan Kabupaten Sinjai antara lain: Ikan Cakalan, ikan Tuna, ikan Tenggiri, ikan layang, ikan tongkol, ikan teri, ikan kembung, ikan belanak, ekor kuning, ikan serapu sunu, peperek dan ikan-ikan demersal yang masih sedikit pengelolaannya. Jenis lainnya yang tidak kalah adalah Ikan Napoleon yang merupakan salah satu ikan langkah yang dilindungi. Ikan-ikan tersebut di kelolah baik dengan cara di pasarkan dalam bentuk segar maupun di diolah dalam bentuk ikan kering, bahkan ada yang dalam bentuk ikan hidup yang diekspor sampai ke Jepang, Amerika dn Eropa.
Aktivitas penangkapan ikan pada awalnya di lakukan secara tradisional dengan menggunakan perahu yang sederhana serta alat tangkap yang di rakit sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu alat tangkap yang di gunakan sudah mengalami perkembangan. Jumlah kapal semakin bertambah. Jumlah nelayan tahun 2012 sebanyak 8.948 jiwa dengan RTP sebanyak 1.790 RTP. Jumlah armada sebanyak 2.049 unit yang terdiri dari perahu tanpa motor sebanyak 159 unit, perahu motor tempel sebanyak 289 unit, Kapal motor < 5 GT sebanyak 749 unit, Kapal motor 5 – 10 GT sebanyak 837 unit serta kapal motor 10 – 20 GT sebanyak 15 unit. Jumlah unit penangkapan sebanuak 2.405 unit meliputi jenis alat tangkap purseseine, pancing tonda, panambe, bagang tancap, bagang perahu, rawai dasar, bubu, sero, dan lain-lain jenis alat tangkap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar