POTENSI
BUDIDAYA PERIKAN DI INDONESIA
Potensi sumberdaya perikanan sumber
daya Indonesia sangat besar pemanfaatan potensi perikanan tangkap sudah
mencapai titik yang tidak dapat diekspansi lagi karena mendekati optimal.
Sedangkan potensi perikanan budidaya masih sangat besar dan pemanfaatannya
belum mencapai 50 %. Potensi perikanan budidaya yang sangat besar tersebut
merupakan peluang untuk menghasilkan komoditas berkualitas dan bersaing di
pasar Internasional. Beberapa komoditas yang dapat di andalkan sebagai produk
unggulan antara lain nila, lele, mas, gurame, lobster, lobster air tawar, udang
galah, udang windu, bandeng, rumput laut, kepiting bakau, kakap, mutiara,
kerang dan lobster.
Komoditas-komoditas unggulan
tersebut di harapkan dapat meningkatkan produksi perikanan nasional, membuka
lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan nelayan dan pembudidayay yang dapat
memberikan konstribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Potensi perikanan Kabupateen Sinjai
khususnya budidaya belum di manfaatkan secara optimal baik air tawar, air payau
maupun budidaya laut. Oleh karena itu di butuhkan kerja keras dari semua pihak
untuk pengembangan perikanan budidaya di Kabupeten Sinjai.
Adapun potensi perikanan budidaya meliputi :
- Budidaya laut
Budidaya laut merupakan salah satu potensi yang dimiliki dan
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Salah satu yang menjadi
komoditas unggulan budidaya laut adalah rumput laut Euchemma
Cotoni denganproduksi pada tahun 2011 sebesar 3.176,48 ton, dan
komoditas ini mengalami peningkatan yang segnifikan. Komoditas lain yang saat
ini sedang di budidayakan adalah rumpur laut Spinosumsp dengan
produksi sebesar 8.720 ton, komoditas ini menjadi salah satu andalan yang cukup
baik karena memiliki daya tahan yang kuat dari serangan hama dan cuaca serta
waktu yang panen yang cukup cepat.
Kabupaten Sinjai memiliki rumput laut yang berkualitas baik
karena terhindar dari polusi udara yang di sebabkan oleh asap kendaraan
bermotor serta memiliki kadar air yang rendah. Saat ini rumput laut Spinosum
sp merupakan primadona budidaya laut. Karena pemubudidayaan yng
sederhana dengan model yang tidak terlalu banyak, serta masa budidaya yang
cukup singkat antara 30 – 50 hari prospek pasar yang sangat baik. Potensi
budidaya rumput laut Spinosium sp terlihat seperti table di bawah ini
:
NO
|
RUMPUR
LAUT
|
POTENSI LAHAN(Ha)
|
PRODUKSI (TON)
|
|
1.
|
Simposium sp
|
620
|
8.720
|
|
2.
|
Euchemma cottoni sp
|
-
|
-
|
|
|
TOTAL
|
620
|
8.72
|
|
Peningkatan produksi rumput laut tak terlepas dari perhatian pemerintah daerah dan pusat yang sangat besar baik berupa bantuan lansung dan bantuan Pembinaan serta di tunjang sarana prasarana pengolahan rumput laut agar berkualitas semakin baik. Potensi lahan budidaya yang sangat luas dan layak untuk pengembangan budidaya serta harga yang kompetitif mandorong peningkatan jumlah budidaya rumpur laut ini.
Pada tahun 2012 pemerintah pusat
melalui DIPA Badan Nasional Penanggulanagn Bencana (BNPB) memberikan bentuan
pembudidayaan mulai dari tali, bibit, serta modal pengembangan usaha.
- Budidaya Air Payau
Potensi
lahan budidaya air payau di hitung berdasarka kriteria kelayakan teknis dan
lahan yang telah di manfaatkan untuk kegiatan budidaya air payau. Berdasarkan
kajian Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terdapat 774.000 ha tersedia
untuk pengembanagan.
Dari luas lahan yang ada, baru lahan budidaya air payau yang
pemanfaatannya cukup tinggi mencapai 72,7 %. Lahan budidaya air payau sebagian
besar di manfaatkan untuk budidaya udang, bandeng dan rumput laut di tambak.
Produksi perikanan budidaya air payau atau tambak di Kabupaten Sinjai cukup
potensial dengan potensi lahan tambak mencapai 716,50 Ha. Budidaya air payau
memberikan konstribusi yang cukup besar dalam peningkatan kesejahteraan
pembudidaya. Budidaya air payau di kelolah untuk mengembangkan komoditas
unggulan yang meliputi : ikan bandeng, udang, kepiting, dan rumput laut gracilaria,
sp. Komoditi ini telah menjadi salah satu prioritas utama Pemerintahan
kabupaten Sinjai untuk mendukung Privinsi Sulawesi Selatan sebagai sentra ikan
bandeng, udang dan rumput laut.
Olehnya itu untuk mendukung hal tersebut di atas, maka di
perlukan proses budidaya yang harus memperhatikan berbagai pendukung untuk mencegah
tercemarnya hasil budidaya dari bahan.
Peningkatan mutu untuk memberikan jaminan keamanan pangan
dan bahan cemaran sesuai persyaratan pasar. Sesuai dengan peraturan Pemerintah
Nomor 28 tahun 2004, maka pembudidayaan ikan perlu menerapkan cara berbudidaya
yang benar sebagaimana diatur dalam KEPMEN Kelautan dan Perikanan No. KEP
02/Men/2007 tentang cara Budidaya ikan yang Baik (CBIB), dimana Kabupaten
Sinjai sudah memiliki kelompok bersertifikat sebanyak 4 kelompok.
- Bandeng
Ikan bandeng
merupakan salah satu jenis ikan penghasil hewani yang tinggi. Bandeng termasuk
golongan ikan yang relatif tahan terhadap berbagai jenis penyakit yang biasanya
menyerang hewan air. Ikan bandeng menjadi komoditi yang mempunyai potensi yang
cukup besar. Komoditas ikan bandeng ini di harapkan bisa menjadi produsen
terbesar di dunia karena sangat berpeluang untuk ditingkatkan produksinya dan
menjadi nomor satu di dunia meningkat potensi lahan yang tersedia sangat besar
dan permintaan pasar cukup besar. Produksi ikan bandeng senantiasa mengalami
peningkatan seiring dengan peningkatan keterampilan petni tambak, penambahan
lahan produktif baru yang masih alami serta berbagai program pemerintah untuk
membanru peningkatan produksi bandeng melalui bantuan bibit, permodalan serta
perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana tambak. Budidaya ikan bandeng
dilakukan dengan cara polikultur yaitu menggabungkan dengan budidaya lain
seperti udang dan rumput laut. Ikan bandeng menjadi salah satu primadona
terutama pada saat terjadi cuaca buruk. Jumlah produksi tahun 2012 mencapai 300
ton.
Potensi
Pengembangan budidaya ikan bandeng terlihat seperti pada table di bawah ini :
NO
|
KECEMATAN
|
POTENSI
LAHAN (Ha)
|
PRODUKSI
( TON)
|
1.
|
Sinjai
Utara
|
364,05
|
151,98
|
2.
|
Sinjai
Timur
|
332,30
|
139,56
|
3.
|
Tellulimpoe
|
20,15
|
8,46
|
- Rumput Laut Gracilaria sp
Perkembangan rumput laut di Indonesia terus mengalami
peningkatan seiring dengan banyaknya permintaan pasar akan rumput laut dunia.
Salah satu penyebab utama belum terpkanyaenuhinya pasaran rumput laut adalah
masih banyaknya pengusaha rumput laut yang mengandalkan produksi alami tanpa di
sertai kegiatan pembudidayaan. Factor penting yang menjadi penentu keberhasilan
budidaya rumput laut adalah memilih lokasi, penggunaan bibit, metode budidaya
serta pemeliharan. Rumput laut Gracilalaria sp merupakan sumber utama bagi
agar, banyak di gunakan dalam industry makanan, bahan pembiakan bakteri,
teknologi elektroforesis dan sebagainya. Kabupaten Sinjai memiliki areal
budidaya rumput laut seluas 716,50 Ha, dengan jumlah produksi pada tahun 2012
sebesar 132 ton, mengalami peningkatan yang cukup segnifikan. Kualitas rumput
laut yang di kelolah dengan pola konvensional oleh pembudidayaan rumpu laut
memiliki kualitas yang cukup tinggi karena kondisi perairan pesisir cukup
terlindung dari aktifitas industri yang dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan.
Potensi
pengembangan budidaya rumput laut Gracillaria sp diperlihatkan pada table
dibawah :
NO
|
KECEMATAN
|
POTENSI
LAHAN (Ha)
|
PRODUKSI
(TON)
|
1.
|
Sinjai
Utara
|
364,05
|
1.907,66
|
2.
|
Sinjai
Timur
|
332,30
|
1.714,75
|
3.
|
Tellulimpoe
|
20,15
|
110,59
|
TOTAL
|
716,50
|
3.760,00
|
- Udang
Seperti halnya bandeng, budidaya udang khususnya udang windu
merupakan salah satu komoditi andalan Kabupaten Sinjai yang memiliki prospek
usaha yang cukup baik untuk dikembangkan oleh para petani tambak di Kabupaten
Sinjai. Disamping termasuk dalam komoditas perikanan yang bernilai ekonomis
tinggi karena tergolong komoditas ekspor, juga karena memiliki keunggulan
komparatif, berukuran besar dan dapat di kembangkan secara organik dan
tradisional. Udang windu di kanal dengan sebutan black
tiger shrimp merupakan jenis udang yang dapat mencapai ukuran besar
sehingga sangat di sukai oleh konsumen. Secara zoogeografik hanya terdapat
dibeberapa kawaan/Negara saja sehingga ketersediaan udang windu relative besar.
Budidaya uadng yang lain adalah udang vannamei, namun karena harus dalam jumlah
yang banyak dan modal yang besar ehingga kurang di sukai oleandih petani tambak
untuk diudidayakan, selain itu tingkat mortalitasnya cukup tinggi dibandingkan
udang windu.
Melalui program pemerintah “Kebangkitan Udang Windu”
dilakukan untuk mengajak kembali masyarakat melakukan budidaya secara
beramai-ramai. Wujud dari program ini berupa pemberian bibit, permodalan dan
perbaikan sarana prasarana tambak.
Potensi
pengembangan budidaya udang windu di Kabupaten Sinjai Tahun 2012 terlihat
seperti tabel di bawah ini :
NO
|
KECEMATAN
|
POTENSI
LAHAN (Ha)
|
PRODUKSI
(TON)
|
1.
|
Sinjai Utara
|
364,05
|
75,69
|
2.
|
Sinjai Timur
|
332,30
|
58,81
|
3.
|
Tellilimpoe
|
20,15
|
3,62
|
|
TOTAL
|
716,50
|
132
|
- Kepiting
Seperti halnya komoditi tambak lainnya budidaya kepiting
juga merupakan salah satu komoditi yang potensial untuk dikembangkan di
Kabupaten Sinjai. Budidaya kepiting bakau merupakan salah satu budidaya air
payau yangmudag dibudidayakan. Hal ini dikarenakan tidak membutuhkan pakan
khusus sehingga biaya yang digunakan relative murah.
Kabupaten Sinjai
memiliki garis pantai sepanjang 31 km dengan perkiraan potensi pemanfaatan
sebesar 320.000 ton/tahun. pemanfaatan potensi masih didominasi oleh perikanan
rakyat dengan memanfaatkan sumber perikanan pantai, lepas pantai dan laut
bebas. Adapun potensi perikanan tangkap yang dominan berasal dari jenis ikan
pelagis kecil dan demersal seperti tembang, teri, kembung, ikan Nepoleon, ikan
baronang, dll. Walaupun potensi cukup besar namun tidak pemanfaatannya belum
optimal. Areal penangkapan nelayan Kabupatan Sinjai meliputi Teluk Bone dan
Laut Flores.
Beberapa jenis komoditi
yang telah dikelolah dan di manfaatkan antara lain: (1) Usaha penangkapan ikan,
meliputi penangkapan ikan palegis dan demersal, (2) Usaha Budidaya Laut
meliputi budidaya rumpur laut, (3) Usaha pengelolah hasil perikanan. Potensi
Sumber daya hayati ikan yang telah di kelolah hingga saat ini dan yang tersedia
semua memiliki prospek pengembangan yang sama di bidang usaha perikanan, hanya
saja dalam pengelolaannya perlu dianalisis sesuai dengan kebutuhan pasar.
Dari data produksi
hasil tangkapan di laut pada tahun 2012 sebesar 27.940,15 ton menunjukkan bahwa
potensi yang termanfaatkan baru sekitar 8,72 %. Jenis-jenis ikan yang di tangkap
dan menjadi komoditi andalan Kabupaten Sinjai antara lain: Ikan Cakalan, ikan
Tuna, ikan Tenggiri, ikan layang, ikan tongkol, ikan teri, ikan kembung, ikan
belanak, ekor kuning, ikan serapu sunu, peperek dan ikan-ikan demersal yang
masih sedikit pengelolaannya. Jenis lainnya yang tidak kalah adalah Ikan
Napoleon yang merupakan salah satu ikan langkah yang dilindungi. Ikan-ikan
tersebut di kelolah baik dengan cara di pasarkan dalam bentuk segar maupun di
diolah dalam bentuk ikan kering, bahkan ada yang dalam bentuk ikan hidup yang
diekspor sampai ke Jepang, Amerika dn Eropa.
Aktivitas penangkapan
ikan pada awalnya di lakukan secara tradisional dengan menggunakan perahu yang
sederhana serta alat tangkap yang di rakit sendiri. Seiring dengan berjalannya
waktu alat tangkap yang di gunakan sudah mengalami perkembangan. Jumlah kapal
semakin bertambah. Jumlah nelayan tahun 2012 sebanyak 8.948 jiwa dengan RTP
sebanyak 1.790 RTP. Jumlah armada sebanyak 2.049 unit yang terdiri dari perahu
tanpa motor sebanyak 159 unit, perahu motor tempel sebanyak 289 unit, Kapal
motor < 5 GT sebanyak 749 unit, Kapal motor 5 – 10 GT sebanyak 837 unit
serta kapal motor 10 – 20 GT sebanyak 15 unit. Jumlah unit penangkapan sebanuak
2.405 unit meliputi jenis alat tangkap purseseine, pancing tonda, panambe,
bagang tancap, bagang perahu, rawai dasar, bubu, sero, dan lain-lain jenis alat
tangkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar