Tugas individu
Mata kuliah :
Dasar-dasar Penangkapan
Dosen pembimbing : Ir. Syawaluddin, M.Si
MAKALAH
JARING CINCIN(PURSE SEINE)
Di susun oleh:
ABDUL HALIM
AKBAR 105 940 714 12
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah berjudul “Kalasifikasi jaring
cincin ” dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat digunakan
sebagai tambahan pengetahuan mengenai upaya mengatasi masalah yang apa
dalam suatu jarring cincin yang di gunakan dalam suatu peerairan . Penulis
menyadari pembuatan makalah ini masih sangat sederhana dan jauh dari sempurna,
untuk itu segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan
tangan terbuka, demi keberhasilan makalah selanjutnya.
Makalah ini
dapat terealisasi berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada :
1.
Allah
SWT, yang memberikan kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan tugas ini.
2.
Ir.
Syawaluddin, M.Si
selaku pembimbing mata kuliah Dasar-Dasar
Penangkapan yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan kepada penulis
menyangkut masalah pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca pada khususnya dan dunia perikanan pada umumnya.
Demikian atas perhatiannya, kami mengucapkan terima
kasih.
Makassar 05 Mei 2014
Abdul Halim Akbar
i
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................ 3
Bab II Pembahaan
2.1. Pengertian Purse Seine..................................................................................................... 4
2.2. Sejarah Purse Seine.......................................................................................................... 5
2.3.Prospektif Purse Seine....................................................................................................... 5
2.4.Krakteristik........................................................................................................................ 6
2.5.Bahan dan Spesifikasinya................................................................................................. 6
2.6.Hasil Tangkapan................................................................................................................ 8
2.7. Daerah Penangkapan........................................................................................................ 9
2.8.Alat bantu Penangkapan................................................................................................... 9
2.9.Teknik Penangkapan......................................................................................................... 11
2.10.Hal-hal Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Penangkapan.............................................. 12
Bab III Penutup
3.1.
Kesimpulan..................................................................................................................... 15
3.2.Saran................................................................................................................................ 15
Daftar Pustaka............................................................................................................................. 16
ii
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara kepulauan terdiri dari 17.504 pulau yang terletak diantara dua
benua Asia dan Australia serta dengan dua samudera Hindia dan Pasifik.
Luas wilayah perairan laut Indonesia yang dapat dimanfaatkan seluas 5,8 juta km2
termasuk Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Sedangkan potensi lestari (Maximum
Sustainable Yield) sumberdaya ikan laut nasional mencapai 6,4 juta ton per
tahun dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 70% dari MSY (DitjenTangkap, 2006).
Pembangunan
usaha perikanan secara nasional mempunyai sasaran kuantitatif antara lain:
pencapaian target produksi, penyediaan ikan dalam negeri, ekspor dan tenaga
kerja. Pembangunan perikanan tangkap meningkat dengan cepat dari tahun ke
tahun, baik pertumbuhan produksi maupun jumlah nelayan serta jumlah kapal
penangkap ikan.Pemanfaatan sumberdaya perairan ini terutama dalam usaha
perikanan tangkap dapat berhasil dengan baik jika didukung oleh pengadaan
sarana dan prasarana yang memadai. Laut Pasifik disebelah utara
Sulawesi dan Papua merupakan salah satu wilayah perairan yang potensial akan
sumberdaya ikan pelagis, terutama adalah ikan cakalang (Katswonus pelamis,
termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) IX).
Ikan
pelagis biasanya ditangkap dengan menggunakan alat penangkap ikan yang disebut
dengan purse seine yang dalam statistik perikanan Indonesia disebut
dengan pukat cincin. Disebut demikian karena pada bagian bawah dipasangi
cincin (ring) yang berguna untuk mengerutkan jaring sehingga
berbentuk kantong, oleh sebab itu adapula yang menyebut jaring kantong. Alat
ini dioperasikan dengan cara melingkari kawanan (schooling) ikan yang
berada di dekat permukaan perairan..Jadi pukat cincin termasuk alat penangkap
ikan pelagis.
Prinsip
pengoperasian purse seine adalah pada bagian bawah harus segera tengelam dan
bagian atas tetap bertahan dipermukaan, sehingga kawanan ikan pelagis segera
terkurung.Alat tangkap ini harus segera dapat mengurung kawanan ikan tersebut
dan segera menarik tali kerutnya, sehinga ikan tidak dapat meloloskan diri baik
secara vertikal maupun horizontal. Jaring lingkar dengan tali kerut
biasanya dibuat dari lembaran jaring dengan besar mata (mesh size)
yang seragam, tetapi menggunakan ukuran benang jaring yang berbeda-beda.
Terdapat
dua sistem purse seine di Indonesia, yaitu system group dan system
single. System group merupakan sebuah armada penangkapan yang terdiri dari
beberapa kapal yang merupakan suatu kesatuan operasi penangkapan, diantaranya
kapal penangkap, kapal lampu, kapal penarik, dan kapal penampung.Sedangkan
system single hanya mengunakan satu kapal dalam operasi penangkapanya, kapal
tersebut digunakan sebagai kapal penangkap sekaligus kapal penampung.Masing
masing mempunyai kelebihan dan kelemahanya, tetapi untuk nelayan nelayan
tradisional di Indonesia lebih memilih sistem single karena biaya
operasionalnya lebih murah dibandingkan sistem group.
Hasil
tangkap yang diperoleh dalam operasi penangkapan ikan dengan menggunakan purse
seine bisa mencapai puluhan hingga ratusan ton, karena sifat operasinya
yang memburu, mengumpulkan, kemudian mengurung kawanan ikan.
Dibandingkan dengan beberapa alat tangkap yang lain, purse seine merupakan
salah satu alat penangkap ikan yang paling efektif karena dapat memperoleh hasil
tangkap yang besar, sehingga kalau dikelola dengan baik akan memberikan
keuntungan yang besar pula.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Dapat mengetahui
apa yang di maksud jaring cincin?
2.
Apa bahan-bahan
pukat cincin?
3.
Apa hasil
tangkapan dari jarring puerse seine?
4.
Mengetahui
hal-hal apa yang mempengaruhi hasil penangkapan?
II
PEMBAHSAN
2.1. Pengertian
Purse Seine (Jaring Cincin)
Purse Seine merupakan salah satu jenis alat tangkap
ikan yang biasanya digunakan dilaut atau samudra. Biasanya alat tangkap purse
seine ini disebut juga sebagai pukat
cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin yang juga disertai tali
cincin atau tali kerut yang di lalukan
di dalamnya. Fungsi dari cincin dan tali kerut / tali kolor ini sangat penting
dan terutama pada saat melakukan sistim operasi yang dilakukan di laut. Fungdi
manfaat adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan
terbentuk pada tiap akhir penangkapan.
Prinsip dasar dalam usaha menangkap ikan dengan alat
tangkap purse seine ini adalah dengan cara melingkari suatu gerombolan ikan,
kemudian setelah jaring sudah melingkar itu selanjutnya jaring bagian bawah
dikerucutkan, sehingga dengan cara seperti ini maka ikan-ikan akan berkumpul di
bagian kantong. Dengan cara seperti ini sehingga dapat memperkecil ruang
lingkup gerak ikan akhirnya Ikan yang terkumpul tersebut tidak dapat melarikan
diri dan akhirnya tertangkap. Afapun maksud daripada Fungsi mata jaring pada
jaring purse seine ini juga sebagai
dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan.
Ada beberapa istilah yang bisa dipakai dan digunakan
pada alat tangkap Jenis puese seine ini, salah satunya seperti di negara
Jepang, bahwa alat tangkap purse seine ini dapat dapat dikelompokkan seperti :
1.
One Boat Horse
Sardine Purse Seine
2.
Two Boat Sardine
Purse Seine
3.
One Boat Horse
Mackerel and Mackerel Purse Seine
4.
Two Boat Horse
Mackerel and Mackerel Purse Seine
5.
One Boat
Skipjack and Tuna Purse Seine
6.
Two Boat
skipjack and Tuna Purse Seine
Dari keenam macam purse seine di atas no (2), (3),
(5) merupakan purse seine yang banyak digunakan.
2.2. Sejarah Purse
Seine
Purse
seine, pertama kali diperkenalkan di pantai uatara Jawa oleh BPPL (LPPL) pada
tahun 1970 dalam rangka kerjasama dengan pengusaha perikanan di Batang (Bpk.
Djajuri) dan berhasil dengan baik. Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973 /
1974) dan berkembang pesat sampai sekarang.Pada awal pengembangannya di Muncar
sempat menimbulakan konflik sosial antara nelayan tradisional nelayan pengusaha
yang menggunakan purse seine.Namun akhirnya dapat diterima juga.Purse seine ini
memang potensial dan produktivitas hasil tangkapannya tinggi.Dalam
perkembangannya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi)
tetapi juga bahan dan perahu / kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya.
2.3.Prospektif
Purse Seine
Pentingnya
pukat cincin dalam rangka usaha penangkapan sudah tidak perlu diragukan untuk
pukat cincin besar daerah penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat yang
jauh yang kadang melakukan penangkapan mulai laut Jawa sampai selat Malaka
dalam 1 trip penangkapan lamanya 30-40 hari diperlukan berkisar antara 23-40
orang. Untuk operasi penangkapannya biasanya menggunakan “rumpon”.Sasaran
penangkapan terutama jenis-jenis ikan pelagik kecil (kembung, layang, selat,
bentong, dan lain-lain).
Hasil
tangkapan terutama lemuru, kembung, slengseng, cumi-cumi.
2.4. Krakteristik
Dengan menggunakan one boat sistem cara operasi menjadi
lebih mudah. Pada operasi malam hari lebih mungkin menggunakan lampu untuk
mengumpulkan ikan pada one boat sistem. Dengan one boat sistem memungkinkan
pemakaian kapal lebih besar, dengan demikian area operasi menjadi lebih luas
dan HP akan lebih besar, yang menyebabkan kecepatan melingkari gerombolan ikan
juga akan lebih besar. Oleh sebab itu dapat dikatakan tipe one boat akan lebih
ekonomis dan efisien jika kapal mekaniser, karena dengan menggunakan sistem
mekaniser pekerjaan menarik jaring, mengangkat jaring, mengangkat ikan dll
pekerjaan di dek menjadi lebih mudah.
2.5.Bahan dan
Spesifikasinya
2.5.1.
Bagian jarring
Nama
bagian jaring ini belum mantap tapi ada yang membagi 2 yaitu “bagian tengah”
dan “jampang”. Namun yang jelas ia terdiri dari 3 bagian yaitu:
1.
jaring utama,
bahan nilon 210 D/9 #1”
2.
jaring sayap,
bahan dari nilon 210 D/6 #1”
3.
jaring kantong,
#3/4”
Srampatan
(selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk
memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring.
Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampatan (selvedge)
dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang
sama, yakni PE 380 (12, #1”). Sebanyak 20,25 dan 20 mata.
2.5.2.
Tali temali
1.
Tali Pelampung.
Bahan
PE Ø 10mm, panjang 420m.
2.
Tali ris atas.
Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 420m.
3.
Tali ris bawah.
Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 450m.
4.
Tali pemberat.
Bahan PE Ø 10mm, panjang 450m.
5.
Tali kolor
bahan.
Bahan kuralon Ø 26mm, panjang 500m.
6.
Tali slambar
Bahan PE Ø 27mm, panjang bagian kanan 38m dan kiri
15m
2.5.3.
Pelampung
Ada
2 pelampung dengan 2 bahan yang sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50
dipasang dipinggir kiri dan kanan 600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di
tengah sebanyak 400 buah.Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat
dibanding dengan bagian pinggir.
2.5.4.
Pemberat
Terbuat
dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang pada tali pemberat.
2.5.5.
Cincin
Terbuat
dari besi dengan diameter lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat dengan
seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin.Kedalam cincin ini
dilakukan tali kolor (purse line).
2.6. Hasil Tangkapan
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari
purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti
ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan
permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal
itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat
mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah
jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan
dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan.
Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine
terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus spp),
bentang, kembung (Rastrehinger spp) lemuru (Sardinella spp), slengseng,
cumi-cumi dll.
2.7.Daerah
Penangkapan
Purse
seine dapat digunakan dari fishing ground dengan kondisi sebagai berikut :
1.
A spring layer
of water temperature adalah areal permukaan dari laut
2.
Jumlah ikan
berlimpah dan bergerombol pada area permukaan air
3.
Kondisi laut
bagus
Purse seine banyak digunakan di pantai utara Jawa /
Jakarta, cirebon, Juwana dan pantai Selatan (Cilacap, Prigi, dll).
2.8. Alat Bantu
Penangkapan
1.
Lampu
Fungsi lampu untuk
penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian dilakukan operasi
penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, seperti purse seine.Jenis
lampu yang digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor), petromaks, lampu
listrik (penggunaannya masih sangat terbatas hanya untuk usaha penangkapan
sebagian dari perikanan industri).
Ikan-ikan itu tertarik
oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu dipermasalahkan sebab adalah sudah
menjadi anggapan bahwa hampir semua organisme hidup termasuk ikan yang media
hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya (phototaxis positif)
dan karena itu mereka selalu berusaha mendekati asal / sumber cahaya dan
berkumpul disekitarnya.
2.
Rumpon
Rumpon merupakan suatu
bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam) di suatu tempat
ditengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen utama, yaitu
: pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor (pemikat) dan pemberat
(sinkers / anchor).
Rumpon umumnya dipasang
(ditanam) pada kedalaman 30-75 m. Setelah dipasang kedudukan rumpon ada yang
diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung pemberat yang
digunakan.
Dalam praktek
penggunaan rumpon yang mudah diangkat-angkat itu diatur sedemikian rupa setelah
purse seine dilingkarkan, maka pada waktu menjelang akhir penangkapan, rumpon
secara keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan bantuan perahu penggerak
(skoci, jukung, canoes).
Untuk
rumpon tetap atau rumpon dengan ukuran besar, tidak perlu diangkat sehingga
untuk memudahkan penangkapan dibuat rumpon mini yang disebut “pranggoan”
(jatim) atau “leret” (Sumut, Sumtim). Pada waktu penangkapan mulai diatur
begitu rupa, diusahakan agar ikan-ikan berkumpul disekitar rumpon dipindahkan
atau distimulasikan ke rumpon mini.Caranya ada beberapa macam misalnya dengan
menggiring dengan menggerak-gerakkan rumpon induk dari atas perahu melalui
pelampung-pelampungnya. Cara lain yang ditempuh yaitu seakan-akan meniadakan
rumpon induk untuk sementara waktu dengan cara menenggelamkan rumpon induk atau
mengangkat separo dari rumpo yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air.
Terjadilah sekarang ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon pindah
beralih ke rumpon mini dan disini dilakukan penangkapan.
Sementara
itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah kedudukan rumpon yaitu
dengan cara mengikatkan tali slambar yang terdapat di salah satu kaki jaring
pada pelampung rumpon, sedang ujung tali slambar lainnya ditarik melingkar di
depan rumpon. Menjelang akhir penangkapan satu dua orang nelayan terjun kedalam
air untuk mengusir ikan-ikan di sekitar rumpon masuk ke kantong jaring. Cara
yang hampir serupa juga dapat dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di
depan rumpon maka menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon di
halau engan menggunakan galah dari satu sisi perahu.
2.9. Teknik
Penangkapan (Sitting dan Moulting)
Pada
umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) sungguhpun ada
juga yang menggunakan samping kapal. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai
berikut :
1.
Pertama-tama
haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan
berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air
laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang
melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang
dekat permukaan.Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan
ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan
sebagainya.Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum
matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana
gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini
dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu operasipun tidak
lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika gerombolan
ikan diketemukan segera jaring dipasang.
2.
Pada operasi
malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan
menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari
gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya.Setelah posisi ini tertentu barulah
lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada
besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya.Juga pada sifat phototxisnya ikan yang
menjadi tujuan penangkapan.
3.
Setelah fishing
shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed,
density ; hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah,
kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan
barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat
bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh
kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan
dan lain sebagainya.Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar
perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri
mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang
dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang
terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth
lebih dalam.Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat
dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah
purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup.
Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan
jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal.Sedang dengan menarik purse
line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan
diri ke bawah.Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat,
sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri.Untuk mencegah
hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya.
Setelah purse line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring
(wing) dan ikan-ikan yang terkumpul diserok / disedot ke atas kapal.
2.10.
Hal-hal
yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
1.
Kecerahan Perairan
Transparasi
air penting diketahui untuk menentukan kekuatan atau banyak sedikit lampu. Jika
kecerahan kecil berarti banyak zat-zat atau partikel-partikel yang menyebar di
dalam air, maka sebagian besar pembiasan cahaya akan habis tertahan (diserap)
oleh zat-zat tersebut, dan akhirnya tidak akan menarik perhatian atau memberi
efek pada ikan yang ada yang letaknya agak berjauhan.
2.
Adanya gelombang
Angin dan
arus angin. Arus kuat dan gelombang besar jelas akan mempengaruhi kedudukan lampu.
Justru adanya faktor-faktor tersebut yang akan merubah sinar-sinar yang semula
lurus menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi berubah-ubah dan akhirnya
menimbulkan sinar yang menakutkan ikan (flickering light). Makin besar
gelombang makin besar pula flickering lightnyadan makin besar hilangnya
efisiensi sebagai daya penarik perhatian ikan-ikanmaupun biota lainnya menjadi
lebih besar karena ketakutan.Untuk mengatasi masalah ini diperlukan penggunaan
lampu yang kontruksinya disempurnakan sedemikian rupa, misalnya dengan memberi
reflektor dan kap (tudung) yang baik atau dengan menempatkan under water lamp.
3.
Sinar Bulan
Pada waktu
purnama sukar sekali untuk diadakan penangkapan dengan menggunakan lampu (ligth
fishing) karena cahaya terbagi rata, sedang untuk penangkapan dengan lampu
diperlukan keadaan gelap agar cahaya ;ampu terbias sempurna ke dalam air.
4.
Musim
Untuk
daerah tertentu bentuk teluk dapatmemberikan dampak positif untuk penangkapan
yang menggunakan lampu, misalnya terhadap pengaruh gelombang besar, angin dan
arus kuat.Penangkapan dengan lampu dapat dilakukan di daerah mana saja maupun
setiap musim asalkan angin dan gelombang tidak begitu kuat.
5.
Ikan dan Binatang Buas
Walaupun
semua ikan pada prinsipnya tertarik oleh cahay lampu, namun umumnya lebih
didominasi oleh ikan-ikan kecil.Jenis-jenis ikan besar (pemangsa) umumnya
berada di lapisan yang lebih dalam sedang binatang-binatang lain seperti ular
laut, lumba-lumba berada di tempat-tempat gelap mengelilingi kawanan-kawanan
ikan-ikan kecil tersebut. Binatang-binatang tersebut sebentar-sebentar menyerbu
(menyerang) ikan-ikan yang bekerumun di bawah lampu dan akhirnya mencerai
beraikan kawanan ikan yang akan ditangkap.
6.
Panjang dan Kedalaman Jaring
Untuk
purse seine yang beroperasi dengan satu kapal digunakan jaring yang tidak
terlalu panjang tetapi agak dalam karena gerombolan ikan di bawah lampu tidak
bergerak terlalu menyebar .jaring harus cukup dalam untuk menangkap gerombolan
ikan mulai permukaan sampai area yang cukup dalam di bawah lampu.
7.
Kecepatan kapal pada waktu melingkari gerombolan ikan
Jika kapal
dijalankan cepat maka gerombolan ikan dapat segera terkepung.
8.
Kecepatan Menarik Purse Line
Purse line
harus ditarik cepat agar ikan jangan sampai melarikan diri ke bawah.
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Purse
Seine merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan yang biasanya digunakan
dilaut atau samudra. Biasanya alat tangkap purse seine ini disebut juga
sebagai pukat cincin karena alat tangkap
ini dilengkapi dengan cincin yang juga disertai tali cincin atau tali kerut yang di lalukan di dalamnya.
2. Bahan-bahan
jaring
1. Bagian
jarring
2. Tali
temali
3. Pelampung
4. Pemberat
5. Cincin
3.
Hasil tangkapan terutama lemuru,
kembung, slengseng, cumi-cumi.
4.
Hal-hal yang mempengaruhi hasil
penangkapan
1. Kecerahan Perairan
2. Adanya gelombang
3. Sinar Bulan
4. Musim
5. Ikan dan Binatang Buas
6. Panjang dan Kedalaman Jaring
7. Kecepatan kapal pada waktu melingkari gerombolan ikan
8.
Kecepatan Menarik Purse Line
3.2. Saran
Dalam pembuatan makalah tentang purse seine (jarring
cincin) seharusnya melakukan praktek langsung sehingga para mahasiswa dapat
melihat langsung mulai dari cara pembuatan sampai melihat cara pengeprasiannya
di lautan.
DAFTAR
PUSTAKA
Au.Ayodya. DASEN FAKULTAS PERIKANAN.
Cetakan Pertama. Penerbit :
Yayasan Dewi Sri.IPB. Bogor.
Waluyo Subani dan H.R Barus.1989.ALAT PENANGKAPAN IKAN DAN UDANG
LAUT DI INDONESIA. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
WWW. MAINE AQUARIUM.COM
WWW.FISHERIES.COM
terimakasih kak informasinya sangat menarik,jangan lupa juga kunjungi balik website resmi kami http://bit.ly/2KVFnk0
BalasHapus