Sabtu, 10 Mei 2014

JARING CINCIN(PURSE SEINE)



Tugas individu             
Mata kuliah                   : Dasar-dasar Penangkapan
Dosen pembimbing       : Ir. Syawaluddin, M.Si


MAKALAH JARING CINCIN(PURSE SEINE)
This Logo is Designed by Zia














Di susun oleh:

ABDUL HALIM AKBAR         105 940 714 12


JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
 FAKULTAS PERTANIAN
 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
 2014-2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Kalasifikasi jaring cincin  ” dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan mengenai upaya mengatasi masalah yang apa dalam suatu jarring cincin yang di gunakan dalam suatu peerairan . Penulis menyadari pembuatan makalah ini masih sangat sederhana dan jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka, demi keberhasilan makalah selanjutnya.
Makalah  ini dapat terealisasi berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada :
1.      Allah SWT, yang memberikan kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan tugas ini.
2.      Ir. Syawaluddin, M.Si selaku pembimbing mata kuliah Dasar-Dasar Penangkapan yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan kepada penulis menyangkut masalah pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan dunia perikanan pada umumnya.
Demikian atas perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.

Makassar 05 Mei 2014

Abdul Halim Akbar

i
DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................ 3
Bab II Pembahaan
2.1. Pengertian Purse Seine..................................................................................................... 4
2.2. Sejarah Purse Seine.......................................................................................................... 5
2.3.Prospektif Purse Seine....................................................................................................... 5
2.4.Krakteristik........................................................................................................................ 6
2.5.Bahan dan Spesifikasinya................................................................................................. 6
2.6.Hasil Tangkapan................................................................................................................ 8
2.7. Daerah Penangkapan........................................................................................................ 9
2.8.Alat bantu Penangkapan................................................................................................... 9
2.9.Teknik Penangkapan......................................................................................................... 11
2.10.Hal-hal Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan.............................................. 12
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................... 15
3.2.Saran................................................................................................................................ 15
Daftar Pustaka............................................................................................................................. 16




ii






I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terdiri dari 17.504 pulau yang terletak diantara dua benua Asia dan Australia serta dengan  dua samudera Hindia dan Pasifik. Luas wilayah perairan laut Indonesia yang dapat dimanfaatkan seluas 5,8 juta km2 termasuk Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Sedangkan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sumberdaya ikan laut nasional mencapai 6,4 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 70% dari MSY (DitjenTangkap, 2006).
Pembangunan usaha perikanan secara nasional mempunyai sasaran kuantitatif antara lain: pencapaian target produksi, penyediaan ikan dalam negeri, ekspor dan tenaga kerja. Pembangunan perikanan tangkap meningkat dengan cepat dari tahun ke tahun, baik pertumbuhan produksi maupun jumlah nelayan serta jumlah kapal penangkap ikan.Pemanfaatan sumberdaya perairan ini terutama dalam usaha perikanan tangkap dapat berhasil dengan baik jika didukung oleh pengadaan sarana dan prasarana yang memadai.   Laut Pasifik disebelah utara Sulawesi dan Papua merupakan salah satu wilayah perairan yang potensial akan sumberdaya ikan pelagis, terutama adalah ikan cakalang (Katswonus pelamis, termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) IX).
Ikan pelagis biasanya ditangkap dengan menggunakan alat penangkap ikan yang disebut dengan purse seine  yang dalam statistik perikanan Indonesia disebut dengan pukat cincin. Disebut demikian  karena pada bagian bawah dipasangi cincin (ring) yang berguna untuk mengerutkan  jaring sehingga berbentuk kantong, oleh sebab itu adapula yang menyebut jaring kantong. Alat ini dioperasikan dengan cara melingkari kawanan (schooling) ikan yang berada di dekat permukaan perairan..Jadi pukat cincin termasuk alat penangkap ikan pelagis.
Prinsip pengoperasian purse seine adalah pada bagian bawah harus segera tengelam dan bagian atas tetap bertahan dipermukaan, sehingga kawanan ikan pelagis segera terkurung.Alat tangkap ini harus segera dapat mengurung kawanan ikan tersebut dan segera menarik tali kerutnya, sehinga ikan tidak dapat meloloskan diri baik secara vertikal maupun horizontal.  Jaring lingkar dengan tali kerut biasanya dibuat dari lembaran jaring dengan besar mata (mesh size) yang seragam, tetapi menggunakan ukuran benang jaring yang berbeda-beda.
Terdapat dua sistem purse seine di Indonesia, yaitu system group  dan system single. System group merupakan sebuah armada penangkapan yang terdiri dari beberapa kapal yang merupakan suatu kesatuan operasi penangkapan, diantaranya kapal penangkap, kapal lampu, kapal penarik, dan kapal penampung.Sedangkan system single hanya mengunakan satu kapal dalam operasi penangkapanya, kapal tersebut digunakan sebagai kapal penangkap sekaligus kapal penampung.Masing masing mempunyai kelebihan dan kelemahanya, tetapi untuk nelayan nelayan tradisional di Indonesia lebih memilih sistem single karena biaya operasionalnya lebih murah dibandingkan sistem group.
Hasil tangkap yang diperoleh dalam operasi penangkapan ikan dengan menggunakan purse seine bisa mencapai puluhan hingga ratusan ton, karena sifat operasinya yang memburu, mengumpulkan, kemudian mengurung kawanan ikan. Dibandingkan dengan beberapa alat tangkap yang lain, purse seine merupakan salah satu alat penangkap ikan yang paling efektif karena dapat memperoleh hasil tangkap yang besar, sehingga kalau dikelola dengan baik akan memberikan keuntungan yang besar pula.






1.2. Rumusan Masalah
1.      Dapat mengetahui apa yang di maksud jaring cincin?
2.      Apa bahan-bahan pukat cincin?
3.      Apa hasil tangkapan dari jarring puerse seine?
4.      Mengetahui hal-hal apa yang mempengaruhi hasil penangkapan?

















II
PEMBAHSAN

2.1. Pengertian Purse Seine (Jaring Cincin)
Purse Seine merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan yang biasanya digunakan dilaut atau samudra. Biasanya alat tangkap purse seine ini disebut juga sebagai  pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin yang juga disertai tali cincin  atau tali kerut yang di lalukan di dalamnya. Fungsi dari cincin dan tali kerut / tali kolor ini sangat penting dan terutama pada saat melakukan sistim operasi yang dilakukan di laut. Fungdi manfaat adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.
Prinsip dasar dalam usaha menangkap ikan dengan alat tangkap purse seine ini adalah dengan cara melingkari suatu gerombolan ikan, kemudian setelah jaring sudah melingkar itu selanjutnya jaring bagian bawah dikerucutkan, sehingga dengan cara seperti ini maka ikan-ikan akan berkumpul di bagian kantong. Dengan cara seperti ini sehingga dapat memperkecil ruang lingkup gerak ikan akhirnya Ikan yang terkumpul tersebut tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Afapun maksud daripada Fungsi mata jaring pada jaring purse seine ini juga  sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan.
Ada beberapa istilah yang bisa dipakai dan digunakan pada alat tangkap Jenis puese seine ini, salah satunya seperti di negara Jepang, bahwa alat tangkap purse seine ini dapat dapat dikelompokkan seperti :
1.      One Boat Horse Sardine Purse Seine
2.      Two Boat Sardine Purse Seine
3.      One Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
4.      Two Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
5.      One Boat Skipjack and Tuna Purse Seine
6.      Two Boat skipjack and Tuna Purse Seine
Dari keenam macam purse seine di atas no (2), (3), (5) merupakan purse seine yang banyak digunakan.
2.2. Sejarah Purse Seine
Purse seine, pertama kali diperkenalkan di pantai uatara Jawa oleh BPPL (LPPL) pada tahun 1970 dalam rangka kerjasama dengan pengusaha perikanan di Batang (Bpk. Djajuri) dan berhasil dengan baik. Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973 / 1974) dan berkembang pesat sampai sekarang.Pada awal pengembangannya di Muncar sempat menimbulakan konflik sosial antara nelayan tradisional nelayan pengusaha yang menggunakan purse seine.Namun akhirnya dapat diterima juga.Purse seine ini memang potensial dan produktivitas hasil tangkapannya tinggi.Dalam perkembangannya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi) tetapi juga bahan dan perahu / kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya.
2.3.Prospektif Purse Seine
Pentingnya pukat cincin dalam rangka usaha penangkapan sudah tidak perlu diragukan untuk pukat cincin besar daerah penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat yang jauh yang kadang melakukan penangkapan mulai laut Jawa sampai selat Malaka dalam 1 trip penangkapan lamanya 30-40 hari diperlukan berkisar antara 23-40 orang. Untuk operasi penangkapannya biasanya menggunakan “rumpon”.Sasaran penangkapan terutama jenis-jenis ikan pelagik kecil (kembung, layang, selat, bentong, dan lain-lain).
Hasil tangkapan terutama lemuru, kembung, slengseng, cumi-cumi.


2.4. Krakteristik
Dengan menggunakan one boat sistem cara operasi menjadi lebih mudah. Pada operasi malam hari lebih mungkin menggunakan lampu untuk mengumpulkan ikan pada one boat sistem. Dengan one boat sistem memungkinkan pemakaian kapal lebih besar, dengan demikian area operasi menjadi lebih luas dan HP akan lebih besar, yang menyebabkan kecepatan melingkari gerombolan ikan juga akan lebih besar. Oleh sebab itu dapat dikatakan tipe one boat akan lebih ekonomis dan efisien jika kapal mekaniser, karena dengan menggunakan sistem mekaniser pekerjaan menarik jaring, mengangkat jaring, mengangkat ikan dll pekerjaan di dek menjadi lebih mudah.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj96LyQlPEYrnB0_8lrFJb8k88RoFggGgd-C8TNjS-4aL4Scbk1KA2iTn7cQw2V6tzVjd6nyOidBK9jGTM1i7bApkLMqC_PUAWLShG9QT5BOSMiP6Kh0i87aRL0_8GwFKjRjB9o-Ok3Ia8/s320/purseseine-041.jpg










2.5.Bahan dan Spesifikasinya
2.5.1.      Bagian jarring
Nama bagian jaring ini belum mantap tapi ada yang membagi 2 yaitu “bagian tengah” dan “jampang”. Namun yang jelas ia terdiri dari 3 bagian yaitu:
1.      jaring utama, bahan nilon 210 D/9 #1”
2.      jaring sayap, bahan dari nilon 210 D/6 #1”
3.      jaring kantong, #3/4”
Srampatan (selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring. Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampatan (selvedge) dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang sama, yakni PE 380 (12, #1”). Sebanyak 20,25 dan 20 mata.
2.5.2.      Tali temali
1.      Tali Pelampung.
Bahan PE Ø 10mm, panjang 420m.
2.      Tali ris atas.
Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 420m.
3.      Tali ris bawah.
Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 450m.
4.      Tali pemberat.
Bahan PE Ø 10mm, panjang 450m.
5.      Tali kolor bahan.
Bahan kuralon Ø 26mm, panjang 500m.
6.      Tali slambar
Bahan PE Ø 27mm, panjang bagian kanan 38m dan kiri 15m
2.5.3.      Pelampung
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh3G3FzONDnlBYeFVM8md5GVMCILBx8lyHEp0_SENis6nJw55VTtNxKnoWwx9AcImV34vCKHRGG4M74S-DcrbtpKhUBGHRJ2a1HOKhcRnqEIGaJ6D33NS_elzok5rQVqAC-J4C1DNsrYk/s1600/pelampung+ps.jpgAda 2 pelampung dengan 2 bahan yang sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50 dipasang dipinggir kiri dan kanan 600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di tengah sebanyak 400 buah.Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat dibanding dengan bagian pinggir.










2.5.4.      Pemberat
Terbuat dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang pada tali pemberat.
2.5.5.      Cincin
Terbuat dari besi dengan diameter lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin.Kedalam cincin ini dilakukan tali kolor (purse line).

2.6. Hasil Tangkapan
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan.
Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus spp), bentang, kembung (Rastrehinger spp) lemuru (Sardinella spp), slengseng, cumi-cumi dll.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjO6IosmFtQpXZ3IBeCMDxddBNQ8UGOmgC4_GUoYoJfQa0ZYTcuQRJ5krGIKs-crikgDxYlbWNaowlsBDvg1jN7_g4rxQ2g4_9u0OdiS_kb6f3eKOHyRc2u6k1CKUc5Tz4ROXGZfB0XEX4/s320/images-1.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqCNtuandCd2SZ6V5Meqfg4ft-cEesZ9B56G5UU3H29zDqhWg5ynHY_f3SZAj_-psPWKugUDbSGTXSaj-Ut9AoymeC9fnfvErrCizsu7tsPC6TnUhkRjxjUQo81Bp-9BsTvLsXlTK6wag/s320/HASIL+TANGKAPAN+PURSE+SEINE.png









2.7.Daerah Penangkapan
Purse seine dapat digunakan dari fishing ground dengan kondisi sebagai berikut :
1.      A spring layer of water temperature adalah areal permukaan dari laut
2.      Jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area permukaan air
3.      Kondisi laut bagus
Purse seine banyak digunakan di pantai utara Jawa / Jakarta, cirebon, Juwana dan pantai Selatan (Cilacap, Prigi, dll).
2.8. Alat Bantu Penangkapan
1.      Lampu
Fungsi lampu untuk penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, seperti purse seine.Jenis lampu yang digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor), petromaks, lampu listrik (penggunaannya masih sangat terbatas hanya untuk usaha penangkapan sebagian dari perikanan industri).
Ikan-ikan itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu dipermasalahkan sebab adalah sudah menjadi anggapan bahwa hampir semua organisme hidup termasuk ikan yang media hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya (phototaxis positif) dan karena itu mereka selalu berusaha mendekati asal / sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya.
2.      Rumpon
Rumpon merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam) di suatu tempat ditengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen utama, yaitu : pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor (pemikat) dan pemberat (sinkers / anchor).
Rumpon umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman 30-75 m. Setelah dipasang kedudukan rumpon ada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung pemberat yang digunakan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilIcZ7_H4fEoZWJnwTdNZt6tvFpww2QVeVF_gBYo3RW7XGHSIaBMsZhUxp2zSwTAosisXlYwMfmMRNQqJMbBpPiO7gZc-W_APAyIh5tcT3D5WZ_3FfYHHF5JY1gyQ8L3svroumNnQOY8k/s1600/rumpon+yang+dipasang+untuk+mengumpulkan+gerombolan+ikan.jpg





Dalam praktek penggunaan rumpon yang mudah diangkat-angkat itu diatur sedemikian rupa setelah purse seine dilingkarkan, maka pada waktu menjelang akhir penangkapan, rumpon secara keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan bantuan perahu penggerak (skoci, jukung, canoes).
Untuk rumpon tetap atau rumpon dengan ukuran besar, tidak perlu diangkat sehingga untuk memudahkan penangkapan dibuat rumpon mini yang disebut “pranggoan” (jatim) atau “leret” (Sumut, Sumtim). Pada waktu penangkapan mulai diatur begitu rupa, diusahakan agar ikan-ikan berkumpul disekitar rumpon dipindahkan atau distimulasikan ke rumpon mini.Caranya ada beberapa macam misalnya dengan menggiring dengan menggerak-gerakkan rumpon induk dari atas perahu melalui pelampung-pelampungnya. Cara lain yang ditempuh yaitu seakan-akan meniadakan rumpon induk untuk sementara waktu dengan cara menenggelamkan rumpon induk atau mengangkat separo dari rumpo yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air. Terjadilah sekarang ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon pindah beralih ke rumpon mini dan disini dilakukan penangkapan.
Sementara itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah kedudukan rumpon yaitu dengan cara mengikatkan tali slambar yang terdapat di salah satu kaki jaring pada pelampung rumpon, sedang ujung tali slambar lainnya ditarik melingkar di depan rumpon. Menjelang akhir penangkapan satu dua orang nelayan terjun kedalam air untuk mengusir ikan-ikan di sekitar rumpon masuk ke kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga dapat dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di depan rumpon maka menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon di halau engan menggunakan galah dari satu sisi perahu.

2.9. Teknik Penangkapan (Sitting dan Moulting)
Pada umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) sungguhpun ada juga yang menggunakan samping kapal. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai berikut :
1.   Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan.Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya.Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu operasipun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.
2.   Pada operasi malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya.Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya.Juga pada sifat phototxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
3.   Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, density ; hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya.Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam.Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal.Sedang dengan menarik purse line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri ke bawah.Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri.Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan yang terkumpul diserok / disedot ke atas kapal.

2.10.        Hal-hal yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
1.      Kecerahan Perairan
Transparasi air penting diketahui untuk menentukan kekuatan atau banyak sedikit lampu. Jika kecerahan kecil berarti banyak zat-zat atau partikel-partikel yang menyebar di dalam air, maka sebagian besar pembiasan cahaya akan habis tertahan (diserap) oleh zat-zat tersebut, dan akhirnya tidak akan menarik perhatian atau memberi efek pada ikan yang ada yang letaknya agak berjauhan.

2.      Adanya gelombang
Angin dan arus angin. Arus kuat dan gelombang besar jelas akan mempengaruhi kedudukan lampu. Justru adanya faktor-faktor tersebut yang akan merubah sinar-sinar yang semula lurus menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi berubah-ubah dan akhirnya menimbulkan sinar yang menakutkan ikan (flickering light). Makin besar gelombang makin besar pula flickering lightnyadan makin besar hilangnya efisiensi sebagai daya penarik perhatian ikan-ikanmaupun biota lainnya menjadi lebih besar karena ketakutan.Untuk mengatasi masalah ini diperlukan penggunaan lampu yang kontruksinya disempurnakan sedemikian rupa, misalnya dengan memberi reflektor dan kap (tudung) yang baik atau dengan menempatkan under water lamp.
3.      Sinar Bulan
Pada waktu purnama sukar sekali untuk diadakan penangkapan dengan menggunakan lampu (ligth fishing) karena cahaya terbagi rata, sedang untuk penangkapan dengan lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya ;ampu terbias sempurna ke dalam air.
4.      Musim
Untuk daerah tertentu bentuk teluk dapatmemberikan dampak positif untuk penangkapan yang menggunakan lampu, misalnya terhadap pengaruh gelombang besar, angin dan arus kuat.Penangkapan dengan lampu dapat dilakukan di daerah mana saja maupun setiap musim asalkan angin dan gelombang tidak begitu kuat.
5.      Ikan dan Binatang Buas
Walaupun semua ikan pada prinsipnya tertarik oleh cahay lampu, namun umumnya lebih didominasi oleh ikan-ikan kecil.Jenis-jenis ikan besar (pemangsa) umumnya berada di lapisan yang lebih dalam sedang binatang-binatang lain seperti ular laut, lumba-lumba berada di tempat-tempat gelap mengelilingi kawanan-kawanan ikan-ikan kecil tersebut. Binatang-binatang tersebut sebentar-sebentar menyerbu (menyerang) ikan-ikan yang bekerumun di bawah lampu dan akhirnya mencerai beraikan kawanan ikan yang akan ditangkap.


6.      Panjang dan Kedalaman Jaring
Untuk purse seine yang beroperasi dengan satu kapal digunakan jaring yang tidak terlalu panjang tetapi agak dalam karena gerombolan ikan di bawah lampu tidak bergerak terlalu menyebar .jaring harus cukup dalam untuk menangkap gerombolan ikan mulai permukaan sampai area yang cukup dalam di bawah lampu.
7.      Kecepatan kapal pada waktu melingkari gerombolan ikan
Jika kapal dijalankan cepat maka gerombolan ikan dapat segera terkepung.
8.      Kecepatan Menarik Purse Line
Purse line harus ditarik cepat agar ikan jangan sampai melarikan diri ke bawah.












III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1.      Purse Seine merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan yang biasanya digunakan dilaut atau samudra. Biasanya alat tangkap purse seine ini disebut juga sebagai  pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin yang juga disertai tali cincin  atau tali kerut yang di lalukan di dalamnya.
2.      Bahan-bahan jaring
1.      Bagian jarring
2.      Tali temali
3.      Pelampung
4.      Pemberat
5.      Cincin
3.      Hasil tangkapan terutama lemuru, kembung, slengseng, cumi-cumi.
4.      Hal-hal yang mempengaruhi hasil penangkapan
1.      Kecerahan Perairan
2.      Adanya gelombang
3.      Sinar Bulan
4.      Musim
5.      Ikan dan Binatang Buas
6.      Panjang dan Kedalaman Jaring
7.      Kecepatan kapal pada waktu melingkari gerombolan ikan
8.       Kecepatan Menarik Purse Line
3.2. Saran
Dalam pembuatan makalah tentang purse seine (jarring cincin) seharusnya melakukan praktek langsung sehingga para mahasiswa dapat melihat langsung mulai dari cara pembuatan sampai melihat cara pengeprasiannya di lautan.


DAFTAR PUSTAKA


Au.Ayodya. DASEN FAKULTAS PERIKANAN. Cetakan Pertama. Penerbit :
Yayasan Dewi Sri.IPB. Bogor.
Waluyo Subani dan H.R Barus.1989.ALAT PENANGKAPAN IKAN DAN UDANG LAUT DI INDONESIA. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
WWW. MAINE AQUARIUM.COM
WWW.FISHERIES.COM






                      



 

1 komentar:

  1. terimakasih kak informasinya sangat menarik,jangan lupa juga kunjungi balik website resmi kami http://bit.ly/2KVFnk0

    BalasHapus