Jumat, 16 Mei 2014

Makalah Tanah Gambut




Tugas individu

MAKALAH
ILMUH TANAH TAMBAK DAN KOLAM




Di susun oleh:


Abdul Halim Akbar         105 940 714 12


JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
 FAKULTAS PERTANIAN
 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
 2013




KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji  syukur  penyusun  panjatkan  kehadirat  Allah  Subhanahu  Wa’  Ta’ala  yang telah  melimpahkan  segenap  rahmat  dan  hidayah-Nya  sehingga  penyusun  dapat menyesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam tak lupa semoga senantiasa terlimpah curahkan ke junjungan umat kita, Baginda Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam. Adanya makalah berjudul  “Pemanfaatan Tanah Gambut (Histosol)”  ini  semoga dapat dijadikan suatu pengetahuan dan wawasan bagi yang membacanya.
Tiada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini masih  jauh dari kesempurnaan. Oleh karena  itu penyusun membutuhkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan korektif sebagai bahan evaluasi ke depannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi pembaca sekalian.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar , April 2013
Penyusun




i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...........................................................................................  i
DAFTAR ISI........................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
BAB II KARAKTERISTIK TANAH GAMBUT............................................... 2
  1. Faktor-Faktor Pembentuk Tanah............................................................... 2
  2. Proses Pembentukan Tanah Gambut ........................................................ 2
  3. Sifat Fisik, Kimia dan Morfologi Gambut................................................ 4 
  4. Kendala-Kendala pada Histosol untuk Usaha Pertanian.......................... 7 
  5. Pola Penyebaran Gambut di Indonesia..................................................... 8 
BAB III PEMANFAATAN TANAH GAMBUT............................................... 9
  1. Kondisi Saat Ini ....................................................................................... 9  
  2. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan gambut ........................................... 9
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12







ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Gambut
Tanah gambut disebut juga tanah Histosol (tanah organic) asal bahasa Yunani histories artinya jaringan. Histosol sama halnya dengan tanah rawa, tanah organik dan gambut.Histosol mempunyai kadar bahan organik sangat tinggi sampai kedalaman 80 cm (32 inches) kebanyakan adalah gambut (peat) yang tersusun atas sisa tanaman yang sedikit banyak terdekomposisi dan menyimpan air.
Jenis tanah Histosol merupakan tanah yang sangat kaya bahan organik keadaan kedalaman lebih dari 40 cm dari permukaan tanah. Umumnya tanah ini tergenang air dalam waktu lama sedangkan didaerah yang ada drainase atau dikeringkan ketebalan bahan organik akan mengalami penurunan (subsidence).
Bahan organik didalam tanah dibagi 3 macam berdasarkan tingkat kematangan yaitu fibrik, hemik dan saprik. Fibrik merupakan bahan organik yang tingkat kematangannya rendah sampai paling rendah (mentah) dimana bahan aslinya berupa sisa-sisa tumbuhan masih nampak jelas. Hemik mempunyai tingkat kematangan sedang sampai setengah matang, sedangkan sapri tingkat kematangan lanjut.
Secara umum definisi tanah gambut adalah: “Tanah yang jenuh air dan tersusun dari bahan tanah organik, yaitu sisasisa tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Dalam sistem klasifikasi baru (Taksonomi tanah), tanah gambut disebut sebagai Histosols (histos = jaringan ).”
Pada waktu lampau, kata yang umum digunakan untuk menerangkan tanah gambut adalah tanah rawang atau tanah merawang. Di wilayah yang memiliki empat musim, tanah gambut telah dikelompokan dengan lebih rinci. Padanan yang mengacu kepada tanah gambut tersebut adalah bog, fen, peatland atau moor.

 1
BAB II
KARAKTERISTIK TANAH GAMBUT

II.1. Faktor-faktor Pembentuk Tanah
Kebanyakan tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral  (kuarsa, feldspar, mika, hornblende, kalsit, dan gipsum), meskipun ada yang berasal dari tumbuhan (gambut/peat; Histosol).
Tanah adalah material yang tidak padat yang terletak di permukaan  bumi, sebagai media untuk menumbuhkan tanaman (SSSA, Glossary of Soil Science Term)
Jenny, H (1941) dalam buku Factors of Soil Formation : tanah terbentuk dari interaksi banyak faktor, dan yang terpenting adalah : bahan induk (parent material); iklim (climate), organisme (organism)’;   topografi (Relief); waktu (time).
Laju pelapukan tergantung pada : (1) temperatur; (2) laju air perkolasi; (3) status oksidasi dari zona pelapukan; (4) luas permukaan bahan induk yang terekspose; (5) jenis mineral.
Mineral adalah substansi inorganik yang homogen dengan komposisi tertentu, dan mempunyai ciri fisik berupa ukuran, warna, titik leleh, dan kekerasan. Mineral dapat digolongkan sebagai mineral primer maupun mineral sekunder.
Tipe batuan ada 3 yaitu : (1) batuan beku (igneous rock), (2) batuan sedimen (sedimentary rock), (3) batuan metamorfosis (metamorphic rock 
II.2.                      Proses Pembentukan Tanah Gambut
Gambut terbentuk akibat proses dekomposisi bahan-bahan organik tumbuhan yang terjadi secara anaerob dengan laju akumulasi bahan organik lebih tinggi dibandingkan laju dekomposisinya. Akumulasi gambut umumnya akan membentuk lahan gambut pada lingkungan jenuh atau tergenang air, atau pada kondisi yang menyebabkan aktivitas mikroorganisme terhambat. Vegetasi pembentuk gambut umumnya sangat adaptif pada lingkungan anaerob atau tergenang, seperti bakau (mangrove), rumput-rumput rawa dan hutan air tawar.
2
Di daerah pantai dan dataran rendah, akumulasi bahan organik akan membentuk gambut ombrogen di atas gambut topogen dengan hamparan yang berbentuk kubah (dome). Gambut ombrogen terbentuk dari vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun dengan ketebalan hingga puluhan meter. Gambut tersebut terbentuk dari vegetasi rawa yang sepenuhnya tergantung pada input unsur hara dari air hujan dan bukan dari tanah mineral di bawah atau dari rembesan air tanah, sehingga tanahnya menjadi miskin hara dan bersifat masam.
Diemont (1986) merangkum pemikiran Polak(1933), Andriesse(1974) dan Driessen(1978) tentang tahapan-tahapan pembentukan gambut di Indonesia :
1)      Permukaan laut stabil (5000 tahun yang lalu)
2)      Deposisi sedimen pantai dengan cepat membentuk dataran pantai yang luas di pantai tilir Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya, yang ditutupi oleh komunitas hutan mangrove
3)      Komunitas mangrove menyebabkan daerah stabil yang mengakibatkan perluasan tanah, yang akhirnya membentuk daerah mangrove dan lagoon yang mampu mengurangi kadar garam serta meningkatkan daerah dengan air segar menyebabkan terjadinya hutan gambut tropika atau danau berair segar
4)      Danau berair segar itu secara bertahap menampung BO yang dihasilkan oleh tumbuhan, berkembang menjadi hutan gambut tropika yang dipengaruhi oleh air gambut(ground water peat)sebagi gambut topogen
Tahap-tahap proses pembentukan endapan gambut:
1)      Asosiasi marin (Rhizophora)
2)      Asosiasi payau (Avicennia)
3)      Asosiasi transisi (Conocarpus)
4)      Asosiasi klimaks (Tropical forest)
Kecepatan pembentukan lapisan gambut:
1)      Proses perkembangan tanah gambut adalah Paludiasi,yaitu penebalan lapisan bahan gambut dalam lahan yang berdrainase jelek di bawah kondisi anaerob.
3
2)      Kecepatan pembentukan gambut tergantung iklim, vegetasi kemasaman, kondisi aerob dan anaerob, aktivitas mikroorganisme.
3)      Di pantai dekat laut pengaruh kegaraman akan mempercepat pertumbuhan tanah gambut karena proses dekomposisi BO terhambat akibat hanya mikroorganisme yang tahan kegaraman saja yang aktif.

II.3. Sifat Fisik, Kimia dan Morfologi Gambut
Sifat tanah gambut berbeda dengan tanah mineral lainnya dan untuk menanam/membuka lahan seperti ini memerlukan tindakan pengelolaan khusus.
Sifat tanah gambut antara lain :Kandungan bahan organic yang tinggi karena tanah berasal dari sisa tanaman mati dalam keadaan penggenanangan permanent. Berat isi pada (bulk dencity) sangat rendah sehingga dalam keadaan kering kosentrasinya sangat lepas kadar hara makro tidak seimbang dengan kadar hara mikro yang sangat rendah. Daya menahan air sangat besar dan jika mengalami kekeringan, tanah mengalami pengerutan (irreversible shringkage). Jika dilakukan pembuangan air(drainase) permukaan tanah akan mengalami penurunan(soil subsidence).
Sifat khusus Histosol tergantung pada sifat vegetasi yang diendapkan di dalam air dan tingkat pembususkan. Di dalam air yang relative dalam, sisa-sisa ganggang dan tumbuhan air lainnya menimbulkan bahan koloid yang sangat mengerut bila kering.
Sementara danau secara berangsur-angsur penuh, rumput, padi liar, lili air dan tumbuhan-tumbuhan ini yang sebagian membusuk, berlendir dan bersifat koloid.
1. Tingkat dekomposisi :
1) Gambut kasar (Fibrist):gambut dengan BO kasar > 2/3 (sedikit atau belum terkomposisi atau bahan asal masih terlihat asalnya)warna merah lembayung (2,5 YR 3/2)-coklat kemerahan (5 YR 3/2).
2) Gambut sedang (HemistaktoBO kasar 1/3-2/3 coklat kemerahan (5 YR 3/2)-coklat tua (7,5 YR 3/2).

4
3) Gambut halus (Saprist):BO kasar<1/3,>
2. Penurunan muka tanah : faktor penyebabnya:
1)      Drainase
2)      Kegiatan budidaya tanaman
3)      Tingkat kematangan gambut
4)      Umur reklainasi
5)      Ketebalan lapisan gambut
6)      Pembakaran waktu pembukaan lahan
Hasil penelitian kecepatan penurunan muka tanah: fibrik>hemik>saprik
3. Kerapatan lindak (Bulk Density=BD)
  • BD tanah gambut 0,05-0,2 g/cc
  • BD tanah yang rendah akibatnya daya dukung tanah rendah akibatnya tanaman tahunan tumbuh condong atau tumbang
  • Makin dalam BD tanah makin kecil
  • Makin rendah kematangan gambut maka makin rendah nilai BD nya
4. Porositas dan distribusi ukuran pori
  • ditentukan bahan penyusun dan tingkat dekomposisi
  • makin matang gambut maka porositas makin rendah dan distribusi ukuran pori cukup merata
  • gambut tidak matang sangat porous dan tidak merata
  • porositas tanah dan distribusi ukuran pori pada gambut dari rerumputan dan semak jauh baik daripada gambut kayu-kayuan
5. Retesi air (daya menahan air)
  • afinitas tinggi dalam meretensi air karena air bersifat dipolar dan molekul asam-asam organik sangat banyak, maka air dalam jumlah banyak akan berikatan dengan asam-asam organik bebas.
5
  • Makin matang gambut maka retensi air makin tinggi
6. Daya hantar hidrolik (HC)
  • Besarnya HC ditentukan oleh jenis gambut,tingkat kematangan, BD
  • HC gambut serat-seratan lebih lambat dari gambut kayu-kayuan
  • laju yang baik untuk pertanian <0,36>
  • HC secara horisontal sangat cepat dan vertikal sangat lambat
  • makin matang gambut HC makin lambat
7. Kering tak balik
  • berkaitan dengan kemampuan gambut dalam menyimpan,memegang dan melepas air
  • gambut yang mengalami kekeringan hebat akan berkurang kemampuannya dalam memegang air
  • penyebab kering tak balik adalah akibat terbentuk selimut penahan air
  • Pencegahan dengan mengatur tinggi permukaan air

1. Kemasaman (pH)
  • pH 3-4,5
  • Kemasaman disebabkan oleh asam-asam organik
  • Kapasitas tanah sanggah tinggi yaitu kemampuan mepertahankan perubahan pH tinggi
  • pH ideal untuk gambut 5-5,5
2. Kapasitas tukar kation (KTK)
  • KTK tinggi 190-270 me/100 g
  • KTK tinggi karena muatan negatif tergantung pH dari gugus karboksil gambut dangkal (4-5,1)>gambut dalam (3,1-3,9)
  • Nilai KTK perlu dikoreksi oleh faktor dalam BD


6
  • Nilai KB gambut rendah
  • KB gambut pedalaman<>
  • KB berhubungan dangan pH dan kesuburan tanah
  • Tingkat kritik KB 30%
4. Asam-asam organik
  • Bahan humat, asam-asam karboksil, asam fenolat
  • makin dalam gambut % bahan humat turun
  • bahan humat memberi nilai KTK tinggi(25-75 me/100g(Maas, 1997)
5. Komplek senyawa organik dengan kation
  • adanya sifat BO yang dapat mengkhelat kation merupakan fenomena yang harus dimanfaatkan untuk mengendalikan sifat meracun dari asam organik meracun
  • BO mampu mengkhelat 98%Cu,75% Zn, 84% Mn
6. Komplek organo-Liat
  • BO dapat berikat dengan liat membentuk komplek organo liat melaui ikatan elektrostatik,hidrogen, dan koordinasi
  • ikatan elektrostatik terjadi melalui proses pertukaran kation
  • ikatan hidrogen terjadi bila atom H berfungsi sebagai sambungan penghubung
  • ikatan koordinasi terjadi pada saat lignin organik menyumbangkan elektron pada ion logam dengan demikian ion logam sebagai jembatan
II.4. Kendala-kendala pada Histosol untuk Usaha Pertanian
  • Tingkat kematangan Gambut
  • Tebal lapisan gambut
  • Penurunan permukaan tanah
  • Sifat mengkerut tidak baik
  • Adanya lapisan pirit
  • Kemasaman tanah yang tinggi
  • Salinitas/intrusi air laut
  • Jenuh air
  • Daya hantar hidraulik horisontal besar tapi daya hantar vertikal kecil
  • Daya dukung tanah rendah

7
Sifat Morfologi Tanah
Tanah jenis ini mempunyai  ciri dan sifat antara lain ketebalannya tidak lebih dari 0,5m, warnanya coklat kelam sampai hitam, tekstur debu – lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat -  agak lekat, kandungan organik terlalu banyak yaitu lebih dari 30 % untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat asam (pH 4,0), dan kandungan unsur hara rendah. Sebagai bahan koloid kuat yang mampu ikat air, mengandung mineral sesuai dengan  2%, BJ dan» 34,5% dan N » 5,5%, O » 58%, H »kategori termuda, kadar C  BV rendah
Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah Histosol disebabkan oleh gugusan karboksil dan phenolik, dan juga mungkin gugus fungsional yang lain. Gugusan – gugusan fungsional yang lain tersebut bertambah seiring dengan bertambahnya dekomposisi bahan organik sehingga kapasitas tukar kation meningkat hingga 200 cmol (+) /kg atau lebih tinggi. Muatan dalam bahan organik ini adalah muatan tergantung pH, sehingga kapasitas tukar kation tanah Histosol dapat berubah dari 10-20 cmol (+) /kg pada pH 3,7 menjadi lebih dari 100 cmol (+)/kg pada pH 7.
II.5.  Pola Penyebaran Histosol di Indonesia
Indonesia memiiiki lahan gambut yang sangat luas, yaitu sekitar 21 juta hektar atau lebih dari 10% luas daratan Indonesia. Lahan gambut di kedua negara tersebut termasuk lahan gambuttemperate yang memiliki kandungan serta kharakteristik yang berbeda dengan lahan gambut tropis. Meskipun semuanya sepakat bahwa Indonesia memiliki lahan gambut tropis yang terluas, namun mengenai berapa luas yang sebenarnya, para pakar ternyata berbeda pendapat. Hal tersebut nampaknya menjadi kelaziman, karena sebagaimana halnya dengan tipe habitat lainnya, misalnya mangrove, penentuan luas tersebut seringkali berbeda bergantung kepada parameter serta definisi yang dipakai untuk menentukan luasan suatu tipe habitat tertentu.
Lahan gambut mempunyai penyebaran di lahan rawa, yaitu lahan yang menempati posisi peralihan diantara daratan dan sistem perairan. Lahan ini sepanjang tahun/selama waktu yang panjang dalam setahun selalu jenuh air (water logged) atau tergenang air. Tanah gambut terdapat di cekungan, depresi atau bagian-bagian terendah di pelimbahan dan menyebar di dataran rendah sampai tinggi. Yang paling dominan dan sangat luas adalah lahan gambut yang terdapat di lahan rawa di dataran rendah sepanjang pantai. Lahan gambut sangat luas umumnya menempati menyebar diantara aliran bawah sungai besar dekat muara, dimana gerakan naik turunnya air tanah dipengaruhi pasang surut harian air laut.
 8
BAB III
PEMANFAATAN GAMBUT

III.1. Kondisi Saat Ini
Indonesia memiiiki lahan gambut yang sangat luas, yaitu sekitar 21 juta hektar atau lebih dari 10% luas daratan Indonesia. Lahan gambut adalah merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting dan memainkan peranan penting dalam perekonomian negara, diantaranya berupa ketersedian berbagai produk hutan berupa kayu maupun non-kayu. Disamping itu, lahanb ambut juga memberikan berbagai jasa lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, diantaranya berupa pasokan air, pengendalian banjir serta berbagai manfaat lainnya. Hutan rawa gambut juga berperan sangat penting dalam hal penyimpanan karbon maupun sebagai pelabuhan bagi keanekaragaman hayati yang penting dan unik.
Kondisi di lapangan menunjukan bahwa banyak sekali masyarakat Indonesia yang sangat bergantung kepada nilai dan fungsi yang dikandungoleh lahan gambut. Produk hutan rawa gambut dijadikan sebagai sandaran utama kehidupan masyarakat, baik berupa kayu ataupun non-kayu, seperti buah-buahan, rotan, tanaman obat, dan ikan. Sebagian lahan gambut yang dangkal atau berdekatan dengan lahan mineral kemudian dijadikan sebagai wilayah pertanian. Sayangnya, kegiatan pembangunan yang tidak terkendali acapkali menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi lahan gambut, dan pada akhirnya berimbas pula pada kehidupan masyarakat lokal yang hidupnya bergantung pada keberadaan lahan gambut.
III.2. Pengelolaan Dan Pemanfaatan Lahan Gambut
Berdasar sifat dari bahan gambut dan hasil pembelajaran dalam pengelolaan lahan gambut, maka pengembangan lahan gambut Indonesia ke depan dituntut menerapkan beberapa kunci pokok pengelolaan yang meliputi aspek legal yang mendukung pengelolaan lahan gambut; penataan ruang berdasarkan satuan sistem hidrologi gambut sebagai wilayah fungsional ekosistem gambut; pengelolaan air; pendekatan pengembangan berdasarkan karakteristik bahan tanah mineral di bawah lapisan gambut; peningkatan stabilitas dan penurunan sifat toksik bahan gambut dan pengembangan tanaman yang sesuai dengan karakteristik lahan.

9
Dari beberapa usaha yang telah dilakukan untuk pemanfaatan lahan gambut dewasa ini dimanfaatkan untuk disversifikasi dari lahan rawa. Pada awalnya pemanfaatan lahan rawa dtujukan untuk menunjang usaha swasembada beras oleh karena ditujukan untuk hal tersebut maka pembukaan lahan rawa selalu diupayakan pada lahan tanah mineral atau pada lahan gambut dangkal (<1 meter). Perkembangan lebih lanjut menunjukan bahwa tanah rawa tak terkendala semakin sedikit. Oleh karena itu pemanfaatan lahan rawa yang tebal (> 1 meter) untuk budidaya non pangan. Salah satu bentuk diversifikasi tersebut adalah pemanfaatan lahan rawa gambut untuk budidaya tanaman kelapa, baik tanaman kelapa hibrida maupun tanaman sawit. Untuk mencapai keberhasilan penanaman kelapa pada gambut, selain faktor pemupukan dan pembasmian serangga, maka faktor pengaturan tata air juga sangat penting.
Kendala yang dihadapi dalam budidaya sayuran di lahan  gambut  dangkal  adalah  :  kandungan Fe  dan Al tertukar tinggi, pH tanah mencapai 3.1,  kandungan K, Ca,  dan  Mg  sangat  rendah  (Hilman  et  al.,  2003).
Demikian beberapa usaha usaha yang dilakuakan dalam pemanfaatan lahan gambut. Dan beberapa budidaya yang diusahakan di lahan gambut.
 III.3. Kiat Mengatasi Keasaman Tanah di Lahan Gambut

Lahan gambut pada umumnya memiliki kadar asam yg tinggi serta mengandung kadar logam yg cukup berat, ciri2nya antara lain tampak pada air tanah yaitu air berwarna keruh kecoklatan dan berendap karena mengandung pirit/ karat (kandungan logam). Dalam kadar yang tinggi air bisa terasa masam. Lahan yg demikian pada tanaman menimbulkan masalah:

1. Tanaman tidak tumbuh normal (kuntet)

2. Tanaman kelihatan tumbuh subur/ segar, namun tidak berbuah.

Bagaimana mengatasinya?

1. Tanah perlu dicangkul balik/ dibajak. Setelah itu biarkan selama satu minggu terkena sinar matahari.

2. Setelah 1 minggu taburi lahan dengan Dolomit, yaitu sejenis kapur, dapat diperoleh di toko2 pertanian. Perbandingannya adalah utk 1 ha lahan memerlukan 2 ton Dolomit. Setelah penaburan selesai biarkan selama setengah bulan utk waktu proses reaksi percampuran tsb, setelah itu lahan siap tanam.
10
BAB IV
KESIMPULAN

Tanah gambut (Histosol) sifatnya bermacam macam tergantung dari jenis vegetasi yang menjadi tanah gambut tersebut. Tanah – tanah gambut yang terlalu tebal ( lebih dari 1,5 – 2 m) umumnya tidak subur karena vegetasi yang membusuk menjadi tanah gambut tersebut terdiri dari vegetasi yang miskin unsur hara. Tanah gambut yang subur umumnya yang tebalnya antara 30 – 100 cm. Tanah gambut mempunyai sifat dapat menyusut (subsidence) kalau perbaikan drainase dilakukan sehingga permukaan tanah ini makin lama makin menurun. Tanah gambut jugaa tidak boleh terlalu kering karena dapat menjadi sulit menyerap air dan mudah terbakar. Kekurangan unsur mikro banyak terjadi pada tanah gambut.













11
DAFTAR PUSTAKA

Muljana Wangsadipura, 2006. “Analisis Hidraulik Aliran Bawah Permukaan Melalui Media
Gambut  dengan Pendekatan Uji Model Fisik di Laboratorium Studi Kasus: Lahan Perkebunan Kelapa di Guntung-Kateman, Riau”,  jurnal penelitian  Infrastruktur dan Lingkungan Binaan FTSP-ITB.
Muhammad Alwi dan Anna Hairani,2007. “Chemical Characteristic of Shallow Peat and Its Potency  for Red Pepper and Tomato”. Jurnal penelitian.
M. Faujan Romadhoni, Ir. Rosmimi, MU, Gulat M. E. Manurung SP, Mp.2009.”APLIKASI PEMBERIAN AMELIORAN FLY ASH PADA LAHAN GAMBUT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI  JAGUNG (Zea mays. L).jurnal penelitian JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN, UNIVERSITAS RIAU












12